Friday, November 1, 2013

Ketuhanan di Pancasila Artinya ?


Saya dapat bocoran tentang Kurikulum 2013 yg disiapkan oleh kementerian pendidikan kita. Kata kuncinya adalah iman dan takwa. Bertujuan mencetak generasi penerus yg beriman dan bertakwa sehingga mampu mengalahkan AS, Jerman, Inggris, Jepang dan bahkan Cina. Dicapai dengan cara menambah porsi pendidikan agama, dan mengurangi porsi pendidikan ilmu alamiah. Menurut saya, tentu saja tujuan itu tidak akan tercapai. Pendidikan agama yg overdosis cuma akan menimbulkan antipati, akan menjadi bumerang bagi disainernya. Generasi penerus kita rata-rata sudah tahu mereka dibohongin. Alam sendiri yg akan mengatur menjadi seperti apa liberalnya Indonesia di masa depan. Kalau iman dan takwa dipaksakan, mekanisme pertahanan manusia adalah menjadi liberal. Otak yg dilarang digunakan, justru akan digunakan untuk menelanjangi siapa itu yg melarang otak digunakan. Dan mencari tahu alasannya mengapa.
Saya melihat orang yg anti agama akan semakin banyak saja. Mereka yg tadinya netral terhadap agama akhirnya menjadi ekstrim anti agama karena melihat sendiri pemaksaan yg dilakukan. Mereka tahu pemaksaan ini tujuannya apa? Tujuannya adalah menciptakan elit yg terdiri dari pemuka agama. Modalnya adalah Allah. Elit ini jualan Allah. Sedangkan orang-orang sudah mengerti bahwa Allah itu simbol. Bisa dimanipulasi ke arah mana saja, tergantung kepentingan manusianya. Nah, ada elit yg monopoli penggunaan Allah, dan memaksakan agar interpretasi mereka diakui. Akhirnya orang jadi muak dan muntah-muntah. Yg dimuntahkan semuanya, termasuk Allah yg dipaksakan ini.
Ada yg bilang bahwa dasarnya adalah apa yg dimuat di dalam Pancasila. Saya jawab: sila pertama Pancasila, Ketuhanan yg maha esa, bukanlah agama. Ketuhanan yg dimaksud Sukarno adalah Godliness di bahasa Inggris. Harusnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai Kesalehan. Godliness itu Kesalehan, dan bukan Ketuhanan. Mungkin Sukarno merasa istilah Kesalehan terlalu berbau Timur Tengah, makanya dia pakai istilah Ketuhanan. Ketuhanan itu juga istilah baru. Disalah-kaprahkan oleh Orde Baru sebagai agama yg bertuhan satu. Semua serba salah kaprah. Coba anda taruh Kesalehan di sila pertama Pancasila, maka semuanya akan jatuh pada porsi sebenarnya. Dari yg paling menyangkut diri pribadi, yaitu Kesalehan di sila pertama, sampai yg menjangkau masyarakat paling umum yaitu Keadilan Sosial di sila kelima. Itulah Pancasila, sama sekali tidak berhubungan dengan agama. Saya bisa buktikan bahwa Godliness di bahasa Inggris berarti Kesalehan di bahasa Indonesia. Buktinya ada di Perjanjian Baru milik orang Kristen. Kalau tertulis Godliness di bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia itu menjadi Kesalehan. Bukan Ketuhanan. Walaupun istilah Tuhan berasal dari kalangan Kristen, orang Kristen sendiri tidak mengenal istilah Ketuhanan. Istilahnya is Kesalehan.
Kalaupun ada kata Ketuhanan, yg jarang sekali, maka artinya adalah Divinity di bahasa Inggris. Contoh: Master of Divinity, artinya Master di bidang Ketuhanan. Tetapi Ketuhanan disitu artinya Theologi atau Ilmu Ketuhanan, yaitu ilmu yg mempelajari konsep-konsep tentang Allah dan perkembangannya. Kata Ketuhanan di sila pertama Pancasila apakah berarti Theologi? Tentu saja tidak. Arti Ketuhanan di sila pertama Pancasila harus dibalikkan ke bahasa Inggrisnya. Bahasa Inggris dari Ketuhanan di Pancasila adalah Godliness. Dan itu Godliness kalau dibalikkan kembali ke bahasa Indonesia, terjemahannya adalah Kesalehan. Sholeh. Orang Kristen pakai kata Kesalehan untuk menggantikan kata Godliness di bahasa Inggris, dan bukan Ketuhanan. Ketuhanan artinya Ilmu Ketuhanan. Sedangkan Godliness yg secara salah kaprah dituliskan sebagai “Ketuhanan” juga di Pancasila artinya adalah Kesalehan .
Kesalehan artinya keteguhan karakter, integritas pribadi. Itulah Godliness di bahasa Inggris, yg secara salah kaprah dituliskan sebagai Ketuhanan di bahasa Indonesia. Orang Kristen sendiri yg punya itu istilah Tuhan tidak menyebut Godliness sebagai Ketuhanan. Godliness itu Kesalehan, karakter yg berbudi pekerti .
Sampai sekarang, instansi-instansi NKRI yg tetap belum tercerahkan juga akan menjawab bahwa Ketuhanan yg maha esa berarti “belief in one God” dalam bahasa Inggris. Yg jadi pertanyaan orang yg masih waras seperti saya dan anda adalah: Kalau benar itu artinya “belief in one God”, kenapa tidak dituliskan sebagai Kepercayaan terhadap Allah yg maha esa? Kepercayaan terhadap Allah yg maha esa masih masuk akal kalau diterjemahkan menjadi “belief in one God”. Atau, paling jauh, kepercayaan terhadap Tuhan yg maha esa. Kalau Ketuhanan yg maha esa diterjemahkan menjadi “belief in one God”, maka itu sudah keterlaluan. Mengada-ada. Dan memang. Karena maksud Sukarno bukan itu. Yg membuat sila pertama menjadi “belief in one God” adalah Orde Baru. Makanya untuk orang Buddha dipersilahkan pakai Allah yg namanya Sanghyang Adhi Buddha, dan orang Hindu pakai Allah yg namanya Sanghyang Widhi Wasa.
Dengan kata lain, istilah Ketuhanan di sila pertama Pancasila merupakan ciptaan baru. Diciptakan oleh Sukarno sendiri. Kita harus tanya Sukarno, apa yg dimaksudkannya dengan Ketuhanan disitu. Yg jelas, bukan “belief in one God”. Sukarno tidak segoblok itu. Dia tahu orang Hindu Bali punya banyak God atau Allah. Dia tahu bahwa God adalah Allah, bukan Tuhan. Dia juga tahu ada istilah Godliness di bahasa Inggris, yg kalau di-Indonesia-kan menjadi Kesalehan. Tetapi dia juga tahu kata Kesalehan terlalu bernuansa Arab, dan mungkin tidak terlalu berbau nasionalis. Makanya dia memilih menggunakan kata Ketuhanan yg konotasinya netral. Maksudnya sama, yaitu Godliness di bahasa Inggris. Godliness di bahasa Inggris, yg menjadi Kesalehan di bahasa Indonesia, dan disebut sebagai Ketuhanan oleh Sukarno, merujuk kepada karakter manusia Indonesia yg ideal. Manusia yg berkarakter kuat, punya integritas, dengan kata lain, berbudi pekerti .
For your info, sejak pembentukan NKRI, istilah-istilah yg berasal dari bahasa Arab selalu dipertanyakan. Yg mempertanyakan bukanlah kalangan Kristen yg memang sejak ratusan tahun lalu sudah pakai istilah bahasa Arab yg di-Melayu-kan. Allah itu istilah Kristen juga, tidak menjadi masalah di kalangan Kristen, tetapi bisa menjadi masalah bagi mereka yg bukan berlatar belakang samawi. Misalnya, tulisan “atas berkat rahmat Allah yg maha kuasa” di dalam pembukaan UUD 45 sempat dipermasalahkan dan akhirnya diganti dengan tulisan “atas berkat rahmat Tuhan yg maha kuasa”. Yg mempertanyakan adalah anggota yg berasal dari Bali di sidang BPUPKI. Itu Allah akhirnya diganti dengan Tuhan yg dianggap lebih netral, tapi diam-diam diganti lagi menjadi Allah sampai sekarang.


 
Design by Jery Tampubolon | Bloggerized by Jery - Rhainhart Tampubolon | Indonesian Humanis